Rumahku Angker (Seri Lengkap)

Rumahku Angker
oleh : Haris Fadhillah

Waktu awal menikah, kami tinggal di rumah milik mertua ku. Jadi gini, mertuaku punya 2 rumah, nah rumah keduanya itulah yang kami tempati. Rumah ini gak terlalu besar dan ga sedang juga, jadi tau ya kesimpulan rumah ini, iya rumahnya kecil. Biar kecil tapi rumah ini berlantai 2, maksudnya bukan lantainya cuma 2 trus sisanya tanah atau peluran gitu hhee.

Kami tinggal di rumah itu sekitar 3 bulan, kalian ga perlu tau kan apa yang kami lalui di sana?, karena judulnya aga ngeri gitu bukan berarti rumah kami ini ngeri juga ya. Jujur selama 3 bulan tinggal di sana ga pernah ada kejadian aneh tuh.

Setelah kami pindah dari rumah tersebut dengan alasan yang jujur dari kami yaitu karena ingin mandiri aja, gak mau bergantung pada orang tua. Eh gak lama rumah itu kami tinggalkan, rumah itu dikontrakin sama mertuaku. Nah ini yang aga aneh, hemm tapi keanehannya aku kasih tau nanti aja ya.

Balik ke cerita kami dulu ya. Sehabis meninggalkan rumah pertama kami itu, kami coba cari-cari tempat untuk ngontrak. Maklum ya belum ada uang untuk beli rumah dan istri aku punya prinsip kita ga boleh kredit buat beli rumah, katanya dia dari hasil ilmu yang dia kaji, rumah hasil kredit riba itu bikin hidup kita ga berkah. Ya, aku sih yakin aja karena walaupun ngontrak sampai tulisan ini aku ketik, aku merasa hidupku bahagia dan berkah (Alhamdulillah).

Nah, hampir sebulan kami cari-cari rumah kontrakan gak ketemu-ketemu juga yang sesuai keinginan kami. Nah, dalam proses pencarian itu udah 2 orang nawarin rumahnya untuk kami tempati. Orang pertama adalah salah satu anggota DPR, kami diminta nempatin rumah dinas anggota dewan tersebut dibilangan Kalibata. Kamu tau jawaban istri ku, hem dia cuma bilang "Gak ah Bang itu bukan hak kita". Oke bagi aku itu betul juga.

Terus, ada satu orang lagi yang berbaik hati, dia nawarin kami untuk menempati rumah kepunyaannya,  rumah itu di bilangan Pancoran, nah ini rumah punyanya dia sendiri bukan rumah dinasnya, tau apa jawaban istri ku "Gak ah bang, lingkungannya gak enak terlalu masuk ke dalem gang, gak enak juga kita jadi punya hutang budi sama orang". Nah ternyata ini jawaban jujur yang selama ini ia pendam dan menurut aku, itu jawaban yang sebenarnya ada di benakku juga sih.

Alhamdulillah, jerih payah kami mencari rumah kontrakan berbuah hasil. Kami dapat rumah di daerah pinggiran kali Ciliwung, dan di sini ada keanehan yang aku dapatkan.

Part 2

Di rumah ini kehidupan kami berjalan seperti biasanya, aku mengajar di daerah Kelapa Gading, istriku bekerja di daerah Kramatjati. Usut-punya usut, rumah itu dulu ditempati oleh anak pemilik rumah yang kemudian pindah ke daerah Condet. Jujur saat baru pindah ke rumah ini, aku sih rada ga nyaman dan itupula penyebab kami pindah dari rumah itu di kemudian cerita. Istriku bilang, rumah itu suasananya aga lembab dan lingkungannya ga begitu nyaman. Mungkin karena rumah ini berdekatan dengan kali ciliwung.

Di dekat rumah kami ada rumah yang aga besar dan di depannya ada pohon Jambu yang lumayan tinggi, samping rumah itu ada rumah 3 lantai yang sudah aga lama kosong. Kami sempat menawar rumah itu sebagai tempat usaha, karena waktu itu kami mau membuka Bimbel, tapi gak jadi karena hemm biaya sewanya ituloh ga masuk akal kami.

Menurut beberapa orang yang tinggal sudah lama di daerah itu, rumah yang ada pohon Jambu di depannya itu beberapa kali ada yang merasa takut lewat sana. Entah apa penyebabnya, namun aku sering melihat anak-anak kecil bermain kala sore menjelang. Akupun sering melewati tempat tersebut, bahkan pada waktu tengah malam aku pulang ke rumah melalui rumah tersebut.

Memangsih secara suasana hemm agak kurang nyaman. Lampu yang remang atau bahkan tak dinyalakan oleh sang pemilik rumah dan adanya pohon Jambu besar yang menaungi di sana.

Sudahlah, tak pelak aku memikirkannya, akupun beberapa kali menantang dengan cara saat melewati tempat tersebut, aku lihat ke arah Pohon itu, bahkan aku melihat ke pucuk-pucuk pohon tersebut, namun, tak satu hal pun yang ku lihat dan rasakan. Akhirnya, kamipun memutuskan untuk pindah dari rumah kontrakan itu. Alasannya adalah, rumah kontrakan itu tak nyaman bagi kami, selain udaranya yang lembab, alasan utamanya adalah sering matinya mesin air di rumah tersebut. Sering kali untuk mandi aku malah mengangkut air dari rumah tetangga. Hhaaa, mungkin ini pengorbanan seorang suami.. Akhirnya kami pindah dari rumah dan lingkungan itu.

Kami coba cari tempat tinggal baru. Tak selang beberapa lama akhirnya kami mendapatkan rumah di bilangan Condet. Nah, ini baru rumah, hatiku berdecak demikian. Rumah ini murah, lumayanlah untuk keluarga kecil seperti kami. Akhirnya kami putuskan untuk bertempat tinggal di sana. Kamipun deal dengan sang pemilik rumah.

Tak beberapa lama setelah akad deal tersebut. Sang pemilik rumah memberi tau bahwa persis di samping rumah ini ada kuburan. Memang bukan kuburan umum, hanya kuburan lama yang memang kuburan milik keluarga.

Sejujurnya, istriku sempat ingin mundur untuk bisa bertempat tinggal di sana. Lalu akupun meyakinkan, jika kamu mundur dari rumah itu, sama saja kamu telah kalah dalam pertarungan ini, ya pertarungan melawan rasa takut, dan pertarungan melawan setan yang telah membisikkan kepadamu untuk lebih takut kepadanya dari pada kepada Tuhan yang jelas jauh lebih kuat dan berkuasa pada nasib kita sebagai hambanya, ingat kita tak boleh satu kalipun takut kepada makhluk, apalagi makhluk yang telah dihinakan oleh Allah seperti setan.

Akhirnya kamipun tinggal di sana, di hari pertama, benar saja kami mendapkan hal aneh, berupa mimpi buruk dan akupun pernah tidur dengan kondisi sulit bangun dan sulit menggerakkan anggota tubuh, padahal aku ingin sekali bergerak.

Hemm, sekedar penjabaran saja, bahwa di depan rumah kami itu ada sebuah pohon Nangka besar dan selang beberapa rumah lebih kedepan melintang sebuah pohon Melinjo besar yang berada persis di tengah jalan. Sehingga, jika kami hendak berangkat ataupun pulang pasti melewati rumah dan pohon tersebut. Ujianpun datang lagi kepada kami, tak beberapa lama rumah tua di depan pohon Melinjo itu dikosongkan oleh pemiliknya, dengan alasan ingin direnovasi.

Beberapa tetangga katanya pernah melihat penampakan di rumah kosong itu. Aku yang hampir setiap hari melintas depan rumah dan di bawah pohon Melinjo itu kala malam atau bahkan tengah malam, akhirnya mencoba membuktikannya.

Nah, rumah mertua kamipun yang pernah kami huni, terdapat cerita aneh. Katanya, anak mereka sering diganggu oleh sosok makhluk gaib.

Oh iya, gangguan di rumah kami itu telah lama kami lewati dan Alhamdulillah dapat kami atasi atas ijin Allah. Nanti, aku beritahu ya caranya, hal itupula yang sampai sekarang sanggup dan bahkan membuatku menjadi sangat nyaman dengan rumah kami yang sekarang. Kalau pun kami harus pindah, kami sampai mengatakan ini adalah rumah yang sangat nyaman, rasanya sulit meninggalkan rumah ini beserta lingkungannya.

Inilah yang ku lakukan :
1. Dalam agamaku (Islam), kami diwajibkan percaya pada hal-hal yang Ghaib, karena itu syarat keimanan kami.

2. Aku coba meyakinkan diri dan aku tau bahwa keyakinanku ini memang benar, bahwa Manusia adalah makhluk yang lebih sempurna dibanding makhluk-makhluk lain, apa lagi setan. Bukankah, Iblispun pernah diperintahkan oleh Allah untuk bersujud kepada Adam.

3. Nabi Ibrahim AS pun pernah menimpuki iblis yang menggodanya sewaktu hendak memenuhi perintah Allah untuk menyembelih Ismail AS putranya

4. Rasulullah telah mengajarkan do'a agar dapat melawan gangguan-gangguan makhluk yang Allah ciptakan, termasuk jin di dalamnya

أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ

A'udzu Bikalimaatillaahit Taammaati min Syarri Maa Khalaq

"Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk yang diciptakan-Nya." (HR. Muslim)

Sumber Do'a

Diriwayatkan dari Sa'd bin Abi Waqqash Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Aku mendengar Khaulah binti Hakim al-Salamiyah Radhiyallahu 'Anha berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam  bersabda:

مَنْ نَزَلَ مَنْزِلًا ثُمَّ قَالَ أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ لَمْ يَضُرَّهُ شَيْءٌ حَتَّى يَرْتَحِلَ مِنْ مَنْزِلِهِ ذَلِكَ

"Siapa yang singgah di suatu tempat, lalu ia membaca: A'udzu Bikalimaatillaahit Taammaati min Syarri Maa Khalaq (Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk yang diciptakan-Nya) maka tak ada sesuatupun yang membahayakannya sehingga ia beranjak dari tempatnya tersebut." (HR. Muslim)

dan do'a ini

بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“Bismillahilladzi La Yadhurru Ma’asmihi Syai’un fil Ardhi wa Laa fis Sama’i wa Huwas Sami’ul ‘Alim.”

Artinya: “Dengan nama Allah Yang bersama NamaNya sesuatu apa pun tidak akan celaka baik di bumi dan di langit. Dialah Maha Medengar lagi maha Mengetahui.”

juga merutinkan bacaan-bacaan lain di dalam Al-Ma'tsurat seperti Ayat Kursi dan sebagainya

5. Aku tau bahwa sebenarnya, jin itu takut bila berhadapan dengan manusia, ia akan berusaha menghindar jika hendak bertemu dengan manusia.

6. Dan yang lainnya hhee

Ini kejadian aku membuktikan penampakan yang katanya pernah dilihat oleh tetanggaku. Di waktu malam aku coba menegasi pandanganku ke arah rumah tersebut, persis di bawah pohon Melinjo itu aku berdiri. Ternyata setelah aku amati, benar saja ada seperti putih-putih yang menggantung, akupun tegaskan lagi penglihatanku, ternyata yang dianggap penampakan oleh tetanggaku adalah kain-kain yang di jemur di dalam rumah tersebut. Mungkin karena aga remang, jadi kain itu seakan seperti penampakan makhluk ghaib.

Lalu ini caraku mengatasi persepsi menyeramkannya pohon Nangka besar di depan rumahku, aku tatap dalam waktu yang lama pohon itu kala malam, bahkan sampai puncaknya, tau apa yang ku temukan?. Yang kutemukan adalah rasa syukur, bahwa Allah menempatkan pohon ini sehingga membuat teduh suasana rumahku dan memberikan pasokan oksigen bagi kami.

Nah, ini caraku mengatasi ngerinya persepsi kuburan di samping rumah. Aku panjat tembok samping rumah, lalu aku lihat dalam waktu yang lama kuburan-kuburan itu. Tau apa yang aku temukan?. Iya, yang aku temukan adalah kesedihan, bahwa aku suatu hari akan menyusul mereka dan berpisah dengan dunia ini, padahal aku tau amal ibadahku belum cukup sedangkan dosaku masih sangat banyak.

Para pembaca yang budiman, saya rasa kita ini kadang tidak adil. Ya, terkadang kita menganggap segala sesuatu seakan-akan sangat menyeramkan, kita merasa diawasi oleh makhluk-makhluk menyeramkan, namun kita kadang lalai merasa, bahwa Allah Tuhan kita selalu mengawasi apa yang kita kerjakan. Bukankah banyak orang yang tak malu berbuat dosa, padahal Allah sedang menyaksikan ia berbuat demikian.

Saudaraku, Allah adalah sebaik-baik pelindung. Tak dapat dipungkiri bahwa jin itu ada, ia ada yang jahat juga ada yang baik. Namun, pantaskah kita takit pada mereka?. Padahal, Allah yang Maha kuat lagi Maha perkasa senantiasa melindungi kita dan telah meninggikan kedudukan kita atas makhluk-makhlul lain ciptaannya.

Maka, saudaraku..  mari kita merenung..
Pada siapa kita harusnya menempatkan rasa takut.. Apakah pada Syaitan? atau Manusia? yang malah membuat kita menjadi kerdil

Tidak, kita tak boleh salah menempatkan rasa takut. Hanya pada Allah saja lah rasa itu pantas tertuju. Karena, dengan rasa takut itu, kita dapat selamat di dunia dan akhirat. Kita memang akan selalu menjadi kecil di hadapan Allah, namun dengan rasa takut pada Allah, akan membuat kita terhormat di hadapan makhluk-makhluk yang lain, selayaknya fitrah manusia yang tercipta sempurna

"Takut adalah fitrah dari Tuhan, takut tak boleh salah tujuan, dan takut pada makhluk tak boleh menguasai keadaan"

Rumahku Angker (Seri Lengkap) Rumahku Angker (Seri Lengkap) Reviewed by Julia Febrianti-Haris Fadhillah on Agustus 10, 2016 Rating: 5

1 komentar:

Recent Posts

Diberdayakan oleh Blogger.