A. POLA KERUANGAN DESA
1. Pengertian Desa
Desa merupakan pemukiman yang lokasinya berada di luar kota yang sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani atau nelayan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 2014, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Desa pada awalnya dihuni oleh suatu keturunan yang memiliki nenek moyang yang sama. Jika suatu desa penuh maka masalah ekonomi akan bermunculan beberapa keluar dari desa tersebut. Menurut Bintarto (1983) terdapat tiga unsur desa, yaitu daerah, penduduk, dan tata kehidupan.
a. Daerah, yang meliputi aspek lokasi, luas, dan batas wilayah.
b. Penduduk, meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan, penyebaran, dan mata pencahariaan penduduk.
c. Tata Kehidupan, meliputi pola tata pergaulan dan ikatan-ikatan pergaulan warga desa sebagai usaha penduduk untuk mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan.
2. Pola Persebaran Desa
Pola persebaran desa dipengaruhi oleh beberapa faktor geografis wilayahnya. Empat faktor geografis yang menentukan persebaran desa, yaitu sebagai berikut.
a. Topografi, menyangkut letaknya secara fisiografis, seperti jauh dekatnya jalan raya, sungai, rawa, pegunungan, pantai, dan kota.
b. Iklim, bergantung pada ketinggian tempat. misalnya kaliurang atau Dieng merupakan tempat yang memiliki ketinggian di atas 1000 meter diatas permukaan laut (mdpl) sehingga memiliki iklim yang sejuk yang cocok untuk tempat peristirahatan.
c. Jenis Tanah, memengaruhi keberhasilan dalam bertani. Misalnya tanah berkapur sangat cocok untuk budidaya jambu mente, tanah berlempung cocok untuk pertanian lahan basah dan lahan kering.
d. Air, manusia akan mendekati sumber air sebagai sumber kehidupan. Nama-nama tempat di Jawa Barat banyak yang berasal dari Ci yang artinya air.
Menurut Daldjoeni (1996) bentuk dan pola persebaran desa dapat dibedakan atas bentuk desa yang menyusuri sepanjang pantai, bentuk desa yang terpusat, bentuk desa yang memanjang (linier) di dataran rendah, dan bentuk desa yang mengelilingi fasilitas tertentu.
A. Bentuk Desa Yang Menyusuri Pantai
Di sepanjang pinggiran pantai yang landai terdapat desa yang sebagian besar mata pencaharian penduduknya sebagai nelayan. Perkembangan desanya memanjang mengikuti garis pantai yang merupakan tempat melabuhkan perahu nya atau mendekati tempat penjualan ikan. Selain sebagai nelayan penduduk desa pantai ini juga bermata pencaharian sebagai petani tambak atau kelapa
B. Bentuk Desa Yang Terpusat
Bentuk Desa yang terpusat merupakan bentuk perkamBentupungan yang berkelompok, biasannya terdapat di daerah pegunungan. Penduduknya berasal dari suatu ikatan keluarga sehingga sifat gotong royongnya masih tinggi. Jika penduduknya bertambah maka perkembangan desanya ke segala arah dengan tidak terencana. Pusat-pusat kegiatan penduduknya bergeser mengikuti arah perkembangan desa.
C. Bentuk Desa yang Memanjang (linier) di Dataran Rendah
Bentuk desa yang memanjang di dataran rendah pada umumnya bentuk pemukiman penduduk sejajar degan jalan raya atau sungai yang menembus desa yang bersangkutan. Jalan raya atau sungai ini menghubungkan antara satu desa dengan desa lainnya. Bentuk desa seperti ini memungkinkan terjadinya pemekaran desa sehingga lahan pertanian di sepanjang jalan dapat berubah menjadi pemukiman baru. Untuk menghubungkan daerah pemekaran maka dibuatkan lingkaran jalan ring roadagar kawasan pemukiman baru tidak terpencil.
D. Bentuk Desa yang Mengelilingi Fasilitas Tertentu
Bentuk desa seperti ini biasanya terdapat di dataran rendah misalnya yang mengelilingi danau sebagai sumber air fasilitas kesehatan, pendidikan serta pusat pemerintahan. Arah pemekaran wilayahnya berkembang ke segala arah.
E. Pola Persebaran Desa menurut Alvi L. Betrand
• Pola mengelompok pada daerah pertanian
• pola pasar atau desa terbuka
• pola memanjang
F. Pola Persebaran Desa Menurut Paul H Landis
• The farm village tipe
• the nebulans farm tipe
• the arranged isolated farm tipe
• pure isolated tipe
G. Pola persebaran menurut Bintarto
• Bila memanjang mengikuti jalan raya
• Pola memanjang sungai
• Pola radial
• Pola tersebar
• Pola memanjang pantai
• Pola memanjang sejajar jalan kereta api
3. Klasifikasi Desa
1. Menurut Daldjoeni (1996) kegiatan pokok atau kegiatan yang menonjol, desa dibedakan atas :
a. Desa Agrobisnis
Desa Agrobisnis merupakan desa yang kegiatan penduduknya melakukan pengolahan dan distribusi hasil pertanian. Komoditas pertanian yang diolah dan didistribusikan antara lain tanaman palawija, hasil hutan, tanaman hortikultura, dan peternakan.
b. Desa Agroindustri
Desa Agroindustri merupakan desa yang penduduknya melakukan kegiatan pengolahan bahan-bahan hasil pertanian (hasil kehutanan) menjadi barang yang langsung dikonsumsi atau setengah jadi, seperti industri makanan, minuman, dan pakaian dari kulit.
c. Desa Pariwisata
Desa Pariwisata merupakan desa yang memiliki objek wisata, sebagai komoditas ekonomi seperti pemandangan alam yang indah, objek wisata sejarah.
d. Desa Industri Nonpertanian
Desa Industri Nonpertanian merupakan desa yang melakukan kegiatan industri seperti industri kertas, industri bahan galian.
2. Berdasarkan kemampuannya desa dibedakan atas :
a. Desa Swadaya (tradisional)
Desa Swadaya yaitu desa sebagian besar masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.
b. Desa Swakarya (transisi)
Desa Swakarya yaitu desa yang keadaanya sudah lebih maju dibandingkan desa swadaya. Masyarakatnya sudah mampu menjual kelebihan hasil produksi ke daerah lain. Interaksi dengan desa lain sudah ada.
c. Desa Swasembada (modern)
Desa swasembada adalah desa yang sudah mampu mengembangkan semua potensi yang dimiliki secara optimal.
3. Klasifikasi Desa Berdasarkan Potensi
a. Desa berpotensi tinggi
b. Desa berpotensi sedang
c. Desa berpotensi rendah
Desa-desa yang berdekatan dengan kota mengalami perkembangan yang lebih cepat dibandingkan dengan desa lainnya. Daerah pedesaan diperbatasan kota yang mudah dipengaruhi oleh tata kehidupan kota yang disebut dengan urban areas atau daerah desa-kota. Daerah ini merupakan sub-urban fringe, yaitu suatu area yang melingkari urban (kota) sebagai daerah peralihan antara daerah rural (desa) dan daerah kota.
Daerah pedesaan memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan daerah perkotaan. Desa merupakan penyangga (hinterland) kota, terutaman sebagai daerah penyedia bahan pangan untuk penduduk perkotaan dan penyedia tenaga kerja bagi pembangunan fisik di daerah perkotaan. selain itu, hasil industri rumahan kecil atau kerajinan produksi desa dapat dipasarkan di daerah perkotaan.
B. POLA KERUANGAN KOTA
Salah Satu Kota Terindah Di Dunia (Sumber : www.topdidunia.com)
1. Pengertian Kota
Bintarto (1983) berpendapat bahwa kota merupakan sebuah bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alamiah dan nonalamiah, dengan gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya (hinterland).
Kota Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1987 Pasal 1 merupakan pusat pemukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batasan administrasi yang diatur dalam perundang-undangan serta pemukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri kehidupan perkotaan.
Menurut Daldjoeni (1996) kota adalah suatu daerah tertentu dengan karakteristik penggunaan lahan nonagraris, dimana penggunaannya lahannya sebagian besar tertutup oleh bangunan.
Pola jaringan jalan di daerah kota lebih kompleks dan penggunaan lahan sebagian besar oleh bangunan baik gedung maupun pemukiman penduduk dibandingkan dengan penggunaan lahan untuk wilayah terbuka hijau.
Istilah kota dan daerah perkotaan dibedakan atas dua pengertian, yaitu city dan urban. Istilah city diidentikkan dengan kota, sedangkan urban adalah suatu daerah yang memiliki suasana kehidupan dan penghidupan modern disebut juga perkotaan.
Ciri Masyarakat perkotaan antara lain dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus tergantung pada orang lain, pembagian kerjanya lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata, lebih menghargai waktu, pola pikir yang rasional menyebabkan interaksi sosial lebih berdasarkan pada kepentingan (gesselschaft) daripada faktor pribadi. Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata, karena kebudayaan kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh dari luar.
2. Klasifikasi Kota
Menurut Yunus (2005) Kota dapat dibedakan berdarkan fungsinya, bentuk fisiknya, dan pola pertumbuhannya.
Menurut fungsinya kota dibedakan sebagai berikut.
• Pusat Industri, misalnya Detroid dengan industri mobilnya, Cilegon dengan industri besi bajanya, dan Bombay dengan industri tekstilnya.
• Pusat Perdagangan, Contohnya New York, Hamburg, Hongkong, dan Singapura.
• Pusat Pemerintah, Contohnya Jakarta (Ibukota Indonesia), New Delhi (Ibukota India), Dan Canberra (Ibukota Australia)
• Pusat Kebudayaan, contohnya Yogyakarta, Denpasar, dan Mekkah
• Pusat rekreasi, contohnya Pangandaran dengan pantainya yang indah.
• Pusat pendidikan, misalnya Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta.
Menurut Bentuk Fisiknya Kota Dibedakan Atas :
• Kota yang berbentuk Bujur Sangkar (the square cities) terbentuk karena adanya kegiatan yang relatif seragam seperti pertanian. Contohnya, Indianapolis, dan Yogyakarta.
• Kota yang berbentuk empat persegi panjang (the rectangular cities), pada dasarnya sama seperti kota yang terbentuk bujur sangkar hanya saja pada kedua sisinya terdapat hambatan alami seperti topografi, hutan, atau gurun.
• Kota yang berbentuk seperti kipas (the fan shapped cities), pusat kota berada pada daerah pinggiran seperti Chicago, Jakarta, dan Boston.
Berdasarkan pola pertumbuhannya kota dibedakan atas :
• Stadium pembentukan inti kota (nuclear phase), ditandai dengan dirintisnya pembangunan gedung-gedung utama seperti gedung pemerintahan, pasar, sekolah
• Stadium formatif (formatif phase), sudah ditandai dengan perkembangan industri, transportasi, dan perdagangan. Kenampakan fisik kotanya menyerupai seperti bintang atau gurita (star shaped atau octopus shaped)
• Staduim Modern (modern phase), ditandai makin majunya sarana transportasi dan komunikasi. kenampakan fisik kotanya sudah sangat kompleks dengan ditandai adanya penggabungan dengan pusat-pusat kegiatan lainnya. Contohnya kota Sidney
Berdasarkan Pertumbuhan kota dan sosio kulturalnya lewis mumford (dalam Hadi Sabari Yunus, 2005) membedakan kota menjadi enam tahap, yaitu sebagai berikut.
• Eopolis Stage, dicirikan adanya komunitas masyarakat desa yang makin maju, walaupun kondisi kehidupannya masih di dasarkan pada kegiatan pertanian, pertambangan, dan perikanan. Tahap ini merupakan peralihan dari pola kehidupan kota tradisional ke arah kehidupan kota.
• Polis Stage, ditandai dengan adanya pasar dan beberapa kegiatan industri yang cukup besar tetapi masih berorientasi pada sektor pertanian.
• Metropolis Stage, kenampakan kekotaan sudah mulai besar. Fungsi-fungsi perkotaanya terlihat mendominasi kota-kota kecil lainnya yang berada di sekitar kota tersebut. Pada tahap ini sebagian besar penduduk berorientasi pada sektor industri.
• Megapolis Stage, ditandai adanya tingkah laku manusia yang hanya berorientasi pada materi saja.
• Tyranopolis Stage, yaitu suatu keadaan ketidakpedulian masyarakatnya mengenai segala aspek kehidupan mewarnai tingkah laku penduduknya.
• Nekropolis Stage, yaitu keadaan kota yang menunjukkan gejala kemunduran sumber daya alam yang mulai habis, terjadinya perpindahan penduduk yang besar akibat adanya bencana alam bahkan peperangan.
Surabaya adalah salah satu contoh Kota Metropolis (sumber : www.skyscrapercity.com)
Berdasarkan Hierarki politik administratif kota dibedakan atas :
a. Kota Kecamatan
b. Kota Kabupaten
c. Kota Provinsi
d. Ibukota Negara
Tidak semua kota memiliki fungsi tunggal, artinya hanya memiliki satu fungsi. Banyak sekali kota yang memiliki beberapa fungsi, bahkan hampir semua kota-kota yang terdapat di Indonesia memiliki beberapa fungsi, misalnya Jakarta selain sebagai pusat pemerintahan tetapi juga sebagai pusat perekonomian, politik, pendidikan, dan kebudayaan.
3. Struktur Kota
Suatu Kota selalu mengalami perkembangan struktur internnya, baik karena pengaruh urbanisasi, pertambahan penduduk alami, maupun peningkatan di bidang teknologi. Menurut Yunus (2006) terdapat banyak teori mengenai struktur kota, antara lain teori kosentris, teori ketinggian bangunan, teori sektor, teori konsektoral, teori poros, dan teori pusat kegiatan banyak.
Gambar-gambar Teori dapat dilihat di Teori struktur ruang kota
silahkan klik Teori struktur ruang kota
C. URBANISASI
Urbanisasi adalah proses perpindahan penduduk dari desa ke kota dengan tujuan menetap. Urbanisasi dapat terjadi karena ada faktor penarik dan faktor pendorong, antara lain sebagai berikut.
a. Faktor Penarik Urbanisasi
- Upah kerja di Kota lebih tinggi
- kota banyak menyediakan lapangan pekerjaan mulai dari tenaga kasar hingga profesional
- fasilitas pelayanan sosial mudah di dapatkan seperti pendidikan, kesehatan, pekerjaan.
- kota memiliki gaya relatif bebas dibanding desa
- sarana transportasi mudah didapat
b. Faktor Pendorong Urbanisasi
- kurangnya lapangan pekerjaan
- upah di desa relatif murah
- tidak tersediannya fasilitas pelayanan sosial di desa
- adat istiadat desa sangat mengekang dan membuat masyarakat tidak berkembang
- motif ingin menacari pengalaman
Adapun Dampak Dari Urbanisasi bagi kota maupun Dampak Urbanisasi bagi desa antara lain sebagai berikut.
a. Dampak Positif Urbanisasi bagi desa :
- kesejahteraan penduduk desa meningkat, karena penduduk yang berhasil di kota akan mengirimkan uang ke desa
- munculnya penduduk desa yang punya pendidikan tinggi, karena ada sebagian penduduk yang sekolah pada perguruan tinggi di kota.
- adanya alih teknologi. Penduduk desa yang di kota akan memberikan pengetahuannya kepada penduduk desa tentang teknologi yang sudah berkembang di kota
- adanya perhatian dari pemerintah untuk membangun desa supaya pemerintah bisa sukses untuk menghambat laju urbanisasi
- adanya industri kecil dan keluarga yang berkembang di desa, karena penduduk kota yang kembali ke desa, dimana pengetahuan kerajinan itu dia dapatkan sebelumnya di kota.
b. Dampatk Negatif Urbanisasi bagi desa
- desa menjadi sepi dan kekurangan tenaga kerja karena penduduknya pindah ke kota
- pembangunan desa menjadi terhambat karena kekurangan SDM yang berkualitas
- banyaknya fasilitas dan potensi desa yang terbengkalai. misalnya, aliran irigasi menjadi tidak berguna karena banyak sawah yang tidak ditanami, karena petani nya pindah ke kota.
- industri kecil dan industri rakyat menjadi tidak berkembang baik
- fasilitas pendidikan dan kesehatan juga tidak bisa berkembang karena keengganan guru dan dokter untuk bekerja di desa
c. Dampak Positif Urbanisasi bagi kota
- kota mendapat tenaga kerja yang melimpah, karena banyak penduduk desa yang ke kota. Tenaga kerjad tersebut biasanya murah dan bisa bekerja secara fisik
- penduduk kota yang banyak menyebabkan perdagangan yang besar. Hal ini disebabkan karena penduduk itu merupakan potensi konsumen yang baik untuk memasarkan produk-produk hasil produksi, makannya banyak kita temua supermarket atau mall
- pembangunan kota menjadi lebih cepat, karena dukungan sumber daya manusia yang melimpah pada semua sektor kehidupan.
- munculnya banyak sekolah dan perguruan tinggi yang berkualitas, karena persaingan yang begitu ketat
- Industri berkembang dengan baik, hal ini dikarenakan banyak tenaga kerja dan konsumen yang ada di kota
d. Dampak Negatif Urbanisasi bagi desa
- Banyaknya pengangguran yang ada di kota, karena penduduk desa yang berurbanisasi mempunyai kualitas yang rendah, sehingga tidak mampu bersaing di kota
- munculnya tindak kriminal. ini adalah akibat negatif dari pengangguran. sehingga banyak orang yang gelap mata untuk melakukan tindakan yang tidak terpuji untuk memenuhi kebutuhan
- pemukiman kumuh yang semakin banyak dibangun dibantaran sungai sehingga menimbulkan banjir dan rendahnya mutu kesehatan
- kemiskinan yang meningkat drastis di kota karena banyak orang tidak mendapat pekerjaan
- kota semakin padat dan jalanan menjadi sangat mecet sehingga mobilitas penduduk kota menjadi terganggu.
D. INTERAKSI DESA DENGAN KOTA DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH
Menurut Ullman (Bintarto, 1983) pergerakan manusia, barang, jasa maupun informasi (interaksi antar wilayah) disebabkan oleh tiga faktor yaitu sebagai berikut.
1. Saling Melengkapi (komplemen)
hubungan yang saling melengkapi dikarenakan perbedaan dalam ketersediaan dan kemampuan sumber daya dalam suatu wilayah. Di satu pihak ada wilayah yang kelebihan sumber daya sedangkan pada wilayah lain kekurang sumber daya. Keadaan ini mendorong terjadinya interaksi yang didasarkan saling membutuhkan. Semakin besar komplementaritas semakin besar pula arus barang, maupun informasi.
2. Kesempatan Untuk Saling Berintervensi (Intervening Opportunity)
Kesempatan untuk saling berintervensi adalah suatu alternatif perantara yang dapat menghambat timbulnya interaksi antarwilayah atau dapat menimbulkan suatu persaingan.
Interaksi antar kota meliputi interaksi antar manusia yang memiliki kebutuhan yang berlainan. Jenis interaksi dalam geografi antara lain :
- Interaksi keruangan bersifat ekonomis, misalnya penjual dan pembeli
- interaksi keruangan bersifat politis, misalnya para pendukung partai politik
- interaksi keruangan yang bersifat sosial, misalnya program KB atau hidup hemat
- interaksi keruangan yang bersifat manusia-lingkungan (ekologis), misalnya hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
- interaksi keruangan yaitu hubungan antar manusia dengan manusia atau manusia dengan lingkungannya, misalnya manusia di kota dengan manusia di desa, interaksi keruangan meliputi gejala relokasi, distribusi, dan difusi.
3. Kemudahan Pemindahan Dalam Ruang
Selain membutuhkan waktu dan biaya, gerak manusia, barang ataupun informasi untuk kelancarannya membutuhkan peraturan dan tata tertib pelaksanaannya, yang disebut transferbilitas. semakin mudah transferbilitas semakin besar gerak barang, manusia, maupun informasi. kemudahan pemindahan dalam ruang bergantung pada :
- jarak mutlak dan jarak relatif antara tiap-tiap waktu
- biaya transportasi
- kemudahan dan kelancaran prasarana transportasi antar wilayah.
F. MENENTUKAN INTERAKSI ANTARA 2 WILAYAH
Isilahkan klik untuk rumus-rumus dan contoh Kekuatan Interaksi dan lain-lain
1. Pengertian Desa
Desa merupakan pemukiman yang lokasinya berada di luar kota yang sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani atau nelayan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 2014, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Desa pada awalnya dihuni oleh suatu keturunan yang memiliki nenek moyang yang sama. Jika suatu desa penuh maka masalah ekonomi akan bermunculan beberapa keluar dari desa tersebut. Menurut Bintarto (1983) terdapat tiga unsur desa, yaitu daerah, penduduk, dan tata kehidupan.
a. Daerah, yang meliputi aspek lokasi, luas, dan batas wilayah.
b. Penduduk, meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan, penyebaran, dan mata pencahariaan penduduk.
c. Tata Kehidupan, meliputi pola tata pergaulan dan ikatan-ikatan pergaulan warga desa sebagai usaha penduduk untuk mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan.
2. Pola Persebaran Desa
Pola persebaran desa dipengaruhi oleh beberapa faktor geografis wilayahnya. Empat faktor geografis yang menentukan persebaran desa, yaitu sebagai berikut.
a. Topografi, menyangkut letaknya secara fisiografis, seperti jauh dekatnya jalan raya, sungai, rawa, pegunungan, pantai, dan kota.
b. Iklim, bergantung pada ketinggian tempat. misalnya kaliurang atau Dieng merupakan tempat yang memiliki ketinggian di atas 1000 meter diatas permukaan laut (mdpl) sehingga memiliki iklim yang sejuk yang cocok untuk tempat peristirahatan.
c. Jenis Tanah, memengaruhi keberhasilan dalam bertani. Misalnya tanah berkapur sangat cocok untuk budidaya jambu mente, tanah berlempung cocok untuk pertanian lahan basah dan lahan kering.
d. Air, manusia akan mendekati sumber air sebagai sumber kehidupan. Nama-nama tempat di Jawa Barat banyak yang berasal dari Ci yang artinya air.
Menurut Daldjoeni (1996) bentuk dan pola persebaran desa dapat dibedakan atas bentuk desa yang menyusuri sepanjang pantai, bentuk desa yang terpusat, bentuk desa yang memanjang (linier) di dataran rendah, dan bentuk desa yang mengelilingi fasilitas tertentu.
A. Bentuk Desa Yang Menyusuri Pantai
Di sepanjang pinggiran pantai yang landai terdapat desa yang sebagian besar mata pencaharian penduduknya sebagai nelayan. Perkembangan desanya memanjang mengikuti garis pantai yang merupakan tempat melabuhkan perahu nya atau mendekati tempat penjualan ikan. Selain sebagai nelayan penduduk desa pantai ini juga bermata pencaharian sebagai petani tambak atau kelapa
B. Bentuk Desa Yang Terpusat
Bentuk Desa yang terpusat merupakan bentuk perkamBentupungan yang berkelompok, biasannya terdapat di daerah pegunungan. Penduduknya berasal dari suatu ikatan keluarga sehingga sifat gotong royongnya masih tinggi. Jika penduduknya bertambah maka perkembangan desanya ke segala arah dengan tidak terencana. Pusat-pusat kegiatan penduduknya bergeser mengikuti arah perkembangan desa.
C. Bentuk Desa yang Memanjang (linier) di Dataran Rendah
Bentuk desa yang memanjang di dataran rendah pada umumnya bentuk pemukiman penduduk sejajar degan jalan raya atau sungai yang menembus desa yang bersangkutan. Jalan raya atau sungai ini menghubungkan antara satu desa dengan desa lainnya. Bentuk desa seperti ini memungkinkan terjadinya pemekaran desa sehingga lahan pertanian di sepanjang jalan dapat berubah menjadi pemukiman baru. Untuk menghubungkan daerah pemekaran maka dibuatkan lingkaran jalan ring roadagar kawasan pemukiman baru tidak terpencil.
D. Bentuk Desa yang Mengelilingi Fasilitas Tertentu
Bentuk desa seperti ini biasanya terdapat di dataran rendah misalnya yang mengelilingi danau sebagai sumber air fasilitas kesehatan, pendidikan serta pusat pemerintahan. Arah pemekaran wilayahnya berkembang ke segala arah.
E. Pola Persebaran Desa menurut Alvi L. Betrand
• Pola mengelompok pada daerah pertanian
• pola pasar atau desa terbuka
• pola memanjang
F. Pola Persebaran Desa Menurut Paul H Landis
• The farm village tipe
• the nebulans farm tipe
• the arranged isolated farm tipe
• pure isolated tipe
G. Pola persebaran menurut Bintarto
• Bila memanjang mengikuti jalan raya
• Pola memanjang sungai
• Pola radial
• Pola tersebar
• Pola memanjang pantai
• Pola memanjang sejajar jalan kereta api
3. Klasifikasi Desa
1. Menurut Daldjoeni (1996) kegiatan pokok atau kegiatan yang menonjol, desa dibedakan atas :
a. Desa Agrobisnis
Desa Agrobisnis merupakan desa yang kegiatan penduduknya melakukan pengolahan dan distribusi hasil pertanian. Komoditas pertanian yang diolah dan didistribusikan antara lain tanaman palawija, hasil hutan, tanaman hortikultura, dan peternakan.
b. Desa Agroindustri
Desa Agroindustri merupakan desa yang penduduknya melakukan kegiatan pengolahan bahan-bahan hasil pertanian (hasil kehutanan) menjadi barang yang langsung dikonsumsi atau setengah jadi, seperti industri makanan, minuman, dan pakaian dari kulit.
c. Desa Pariwisata
Desa Pariwisata merupakan desa yang memiliki objek wisata, sebagai komoditas ekonomi seperti pemandangan alam yang indah, objek wisata sejarah.
d. Desa Industri Nonpertanian
Desa Industri Nonpertanian merupakan desa yang melakukan kegiatan industri seperti industri kertas, industri bahan galian.
2. Berdasarkan kemampuannya desa dibedakan atas :
a. Desa Swadaya (tradisional)
Desa Swadaya yaitu desa sebagian besar masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.
b. Desa Swakarya (transisi)
Desa Swakarya yaitu desa yang keadaanya sudah lebih maju dibandingkan desa swadaya. Masyarakatnya sudah mampu menjual kelebihan hasil produksi ke daerah lain. Interaksi dengan desa lain sudah ada.
c. Desa Swasembada (modern)
Desa swasembada adalah desa yang sudah mampu mengembangkan semua potensi yang dimiliki secara optimal.
3. Klasifikasi Desa Berdasarkan Potensi
a. Desa berpotensi tinggi
b. Desa berpotensi sedang
c. Desa berpotensi rendah
Desa-desa yang berdekatan dengan kota mengalami perkembangan yang lebih cepat dibandingkan dengan desa lainnya. Daerah pedesaan diperbatasan kota yang mudah dipengaruhi oleh tata kehidupan kota yang disebut dengan urban areas atau daerah desa-kota. Daerah ini merupakan sub-urban fringe, yaitu suatu area yang melingkari urban (kota) sebagai daerah peralihan antara daerah rural (desa) dan daerah kota.
Daerah pedesaan memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan daerah perkotaan. Desa merupakan penyangga (hinterland) kota, terutaman sebagai daerah penyedia bahan pangan untuk penduduk perkotaan dan penyedia tenaga kerja bagi pembangunan fisik di daerah perkotaan. selain itu, hasil industri rumahan kecil atau kerajinan produksi desa dapat dipasarkan di daerah perkotaan.
B. POLA KERUANGAN KOTA
Salah Satu Kota Terindah Di Dunia (Sumber : www.topdidunia.com)
1. Pengertian Kota
Bintarto (1983) berpendapat bahwa kota merupakan sebuah bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alamiah dan nonalamiah, dengan gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya (hinterland).
Kota Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1987 Pasal 1 merupakan pusat pemukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batasan administrasi yang diatur dalam perundang-undangan serta pemukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri kehidupan perkotaan.
Menurut Daldjoeni (1996) kota adalah suatu daerah tertentu dengan karakteristik penggunaan lahan nonagraris, dimana penggunaannya lahannya sebagian besar tertutup oleh bangunan.
Pola jaringan jalan di daerah kota lebih kompleks dan penggunaan lahan sebagian besar oleh bangunan baik gedung maupun pemukiman penduduk dibandingkan dengan penggunaan lahan untuk wilayah terbuka hijau.
Istilah kota dan daerah perkotaan dibedakan atas dua pengertian, yaitu city dan urban. Istilah city diidentikkan dengan kota, sedangkan urban adalah suatu daerah yang memiliki suasana kehidupan dan penghidupan modern disebut juga perkotaan.
Ciri Masyarakat perkotaan antara lain dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus tergantung pada orang lain, pembagian kerjanya lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata, lebih menghargai waktu, pola pikir yang rasional menyebabkan interaksi sosial lebih berdasarkan pada kepentingan (gesselschaft) daripada faktor pribadi. Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata, karena kebudayaan kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh dari luar.
2. Klasifikasi Kota
Menurut Yunus (2005) Kota dapat dibedakan berdarkan fungsinya, bentuk fisiknya, dan pola pertumbuhannya.
Menurut fungsinya kota dibedakan sebagai berikut.
• Pusat Industri, misalnya Detroid dengan industri mobilnya, Cilegon dengan industri besi bajanya, dan Bombay dengan industri tekstilnya.
• Pusat Perdagangan, Contohnya New York, Hamburg, Hongkong, dan Singapura.
• Pusat Pemerintah, Contohnya Jakarta (Ibukota Indonesia), New Delhi (Ibukota India), Dan Canberra (Ibukota Australia)
• Pusat Kebudayaan, contohnya Yogyakarta, Denpasar, dan Mekkah
• Pusat rekreasi, contohnya Pangandaran dengan pantainya yang indah.
• Pusat pendidikan, misalnya Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta.
Menurut Bentuk Fisiknya Kota Dibedakan Atas :
• Kota yang berbentuk Bujur Sangkar (the square cities) terbentuk karena adanya kegiatan yang relatif seragam seperti pertanian. Contohnya, Indianapolis, dan Yogyakarta.
• Kota yang berbentuk empat persegi panjang (the rectangular cities), pada dasarnya sama seperti kota yang terbentuk bujur sangkar hanya saja pada kedua sisinya terdapat hambatan alami seperti topografi, hutan, atau gurun.
• Kota yang berbentuk seperti kipas (the fan shapped cities), pusat kota berada pada daerah pinggiran seperti Chicago, Jakarta, dan Boston.
Berdasarkan pola pertumbuhannya kota dibedakan atas :
• Stadium pembentukan inti kota (nuclear phase), ditandai dengan dirintisnya pembangunan gedung-gedung utama seperti gedung pemerintahan, pasar, sekolah
• Stadium formatif (formatif phase), sudah ditandai dengan perkembangan industri, transportasi, dan perdagangan. Kenampakan fisik kotanya menyerupai seperti bintang atau gurita (star shaped atau octopus shaped)
• Staduim Modern (modern phase), ditandai makin majunya sarana transportasi dan komunikasi. kenampakan fisik kotanya sudah sangat kompleks dengan ditandai adanya penggabungan dengan pusat-pusat kegiatan lainnya. Contohnya kota Sidney
Berdasarkan Pertumbuhan kota dan sosio kulturalnya lewis mumford (dalam Hadi Sabari Yunus, 2005) membedakan kota menjadi enam tahap, yaitu sebagai berikut.
• Eopolis Stage, dicirikan adanya komunitas masyarakat desa yang makin maju, walaupun kondisi kehidupannya masih di dasarkan pada kegiatan pertanian, pertambangan, dan perikanan. Tahap ini merupakan peralihan dari pola kehidupan kota tradisional ke arah kehidupan kota.
• Polis Stage, ditandai dengan adanya pasar dan beberapa kegiatan industri yang cukup besar tetapi masih berorientasi pada sektor pertanian.
• Metropolis Stage, kenampakan kekotaan sudah mulai besar. Fungsi-fungsi perkotaanya terlihat mendominasi kota-kota kecil lainnya yang berada di sekitar kota tersebut. Pada tahap ini sebagian besar penduduk berorientasi pada sektor industri.
• Megapolis Stage, ditandai adanya tingkah laku manusia yang hanya berorientasi pada materi saja.
• Tyranopolis Stage, yaitu suatu keadaan ketidakpedulian masyarakatnya mengenai segala aspek kehidupan mewarnai tingkah laku penduduknya.
• Nekropolis Stage, yaitu keadaan kota yang menunjukkan gejala kemunduran sumber daya alam yang mulai habis, terjadinya perpindahan penduduk yang besar akibat adanya bencana alam bahkan peperangan.
Surabaya adalah salah satu contoh Kota Metropolis (sumber : www.skyscrapercity.com)
Berdasarkan Hierarki politik administratif kota dibedakan atas :
a. Kota Kecamatan
b. Kota Kabupaten
c. Kota Provinsi
d. Ibukota Negara
Tidak semua kota memiliki fungsi tunggal, artinya hanya memiliki satu fungsi. Banyak sekali kota yang memiliki beberapa fungsi, bahkan hampir semua kota-kota yang terdapat di Indonesia memiliki beberapa fungsi, misalnya Jakarta selain sebagai pusat pemerintahan tetapi juga sebagai pusat perekonomian, politik, pendidikan, dan kebudayaan.
3. Struktur Kota
Suatu Kota selalu mengalami perkembangan struktur internnya, baik karena pengaruh urbanisasi, pertambahan penduduk alami, maupun peningkatan di bidang teknologi. Menurut Yunus (2006) terdapat banyak teori mengenai struktur kota, antara lain teori kosentris, teori ketinggian bangunan, teori sektor, teori konsektoral, teori poros, dan teori pusat kegiatan banyak.
Gambar-gambar Teori dapat dilihat di Teori struktur ruang kota
silahkan klik Teori struktur ruang kota
C. URBANISASI
Urbanisasi adalah proses perpindahan penduduk dari desa ke kota dengan tujuan menetap. Urbanisasi dapat terjadi karena ada faktor penarik dan faktor pendorong, antara lain sebagai berikut.
a. Faktor Penarik Urbanisasi
- Upah kerja di Kota lebih tinggi
- kota banyak menyediakan lapangan pekerjaan mulai dari tenaga kasar hingga profesional
- fasilitas pelayanan sosial mudah di dapatkan seperti pendidikan, kesehatan, pekerjaan.
- kota memiliki gaya relatif bebas dibanding desa
- sarana transportasi mudah didapat
b. Faktor Pendorong Urbanisasi
- kurangnya lapangan pekerjaan
- upah di desa relatif murah
- tidak tersediannya fasilitas pelayanan sosial di desa
- adat istiadat desa sangat mengekang dan membuat masyarakat tidak berkembang
- motif ingin menacari pengalaman
Adapun Dampak Dari Urbanisasi bagi kota maupun Dampak Urbanisasi bagi desa antara lain sebagai berikut.
a. Dampak Positif Urbanisasi bagi desa :
- kesejahteraan penduduk desa meningkat, karena penduduk yang berhasil di kota akan mengirimkan uang ke desa
- munculnya penduduk desa yang punya pendidikan tinggi, karena ada sebagian penduduk yang sekolah pada perguruan tinggi di kota.
- adanya alih teknologi. Penduduk desa yang di kota akan memberikan pengetahuannya kepada penduduk desa tentang teknologi yang sudah berkembang di kota
- adanya perhatian dari pemerintah untuk membangun desa supaya pemerintah bisa sukses untuk menghambat laju urbanisasi
- adanya industri kecil dan keluarga yang berkembang di desa, karena penduduk kota yang kembali ke desa, dimana pengetahuan kerajinan itu dia dapatkan sebelumnya di kota.
b. Dampatk Negatif Urbanisasi bagi desa
- desa menjadi sepi dan kekurangan tenaga kerja karena penduduknya pindah ke kota
- pembangunan desa menjadi terhambat karena kekurangan SDM yang berkualitas
- banyaknya fasilitas dan potensi desa yang terbengkalai. misalnya, aliran irigasi menjadi tidak berguna karena banyak sawah yang tidak ditanami, karena petani nya pindah ke kota.
- industri kecil dan industri rakyat menjadi tidak berkembang baik
- fasilitas pendidikan dan kesehatan juga tidak bisa berkembang karena keengganan guru dan dokter untuk bekerja di desa
c. Dampak Positif Urbanisasi bagi kota
- kota mendapat tenaga kerja yang melimpah, karena banyak penduduk desa yang ke kota. Tenaga kerjad tersebut biasanya murah dan bisa bekerja secara fisik
- penduduk kota yang banyak menyebabkan perdagangan yang besar. Hal ini disebabkan karena penduduk itu merupakan potensi konsumen yang baik untuk memasarkan produk-produk hasil produksi, makannya banyak kita temua supermarket atau mall
- pembangunan kota menjadi lebih cepat, karena dukungan sumber daya manusia yang melimpah pada semua sektor kehidupan.
- munculnya banyak sekolah dan perguruan tinggi yang berkualitas, karena persaingan yang begitu ketat
- Industri berkembang dengan baik, hal ini dikarenakan banyak tenaga kerja dan konsumen yang ada di kota
d. Dampak Negatif Urbanisasi bagi desa
- Banyaknya pengangguran yang ada di kota, karena penduduk desa yang berurbanisasi mempunyai kualitas yang rendah, sehingga tidak mampu bersaing di kota
- munculnya tindak kriminal. ini adalah akibat negatif dari pengangguran. sehingga banyak orang yang gelap mata untuk melakukan tindakan yang tidak terpuji untuk memenuhi kebutuhan
- pemukiman kumuh yang semakin banyak dibangun dibantaran sungai sehingga menimbulkan banjir dan rendahnya mutu kesehatan
- kemiskinan yang meningkat drastis di kota karena banyak orang tidak mendapat pekerjaan
- kota semakin padat dan jalanan menjadi sangat mecet sehingga mobilitas penduduk kota menjadi terganggu.
D. INTERAKSI DESA DENGAN KOTA DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH
Menurut Ullman (Bintarto, 1983) pergerakan manusia, barang, jasa maupun informasi (interaksi antar wilayah) disebabkan oleh tiga faktor yaitu sebagai berikut.
1. Saling Melengkapi (komplemen)
hubungan yang saling melengkapi dikarenakan perbedaan dalam ketersediaan dan kemampuan sumber daya dalam suatu wilayah. Di satu pihak ada wilayah yang kelebihan sumber daya sedangkan pada wilayah lain kekurang sumber daya. Keadaan ini mendorong terjadinya interaksi yang didasarkan saling membutuhkan. Semakin besar komplementaritas semakin besar pula arus barang, maupun informasi.
2. Kesempatan Untuk Saling Berintervensi (Intervening Opportunity)
Kesempatan untuk saling berintervensi adalah suatu alternatif perantara yang dapat menghambat timbulnya interaksi antarwilayah atau dapat menimbulkan suatu persaingan.
Interaksi antar kota meliputi interaksi antar manusia yang memiliki kebutuhan yang berlainan. Jenis interaksi dalam geografi antara lain :
- Interaksi keruangan bersifat ekonomis, misalnya penjual dan pembeli
- interaksi keruangan bersifat politis, misalnya para pendukung partai politik
- interaksi keruangan yang bersifat sosial, misalnya program KB atau hidup hemat
- interaksi keruangan yang bersifat manusia-lingkungan (ekologis), misalnya hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
- interaksi keruangan yaitu hubungan antar manusia dengan manusia atau manusia dengan lingkungannya, misalnya manusia di kota dengan manusia di desa, interaksi keruangan meliputi gejala relokasi, distribusi, dan difusi.
3. Kemudahan Pemindahan Dalam Ruang
Selain membutuhkan waktu dan biaya, gerak manusia, barang ataupun informasi untuk kelancarannya membutuhkan peraturan dan tata tertib pelaksanaannya, yang disebut transferbilitas. semakin mudah transferbilitas semakin besar gerak barang, manusia, maupun informasi. kemudahan pemindahan dalam ruang bergantung pada :
- jarak mutlak dan jarak relatif antara tiap-tiap waktu
- biaya transportasi
- kemudahan dan kelancaran prasarana transportasi antar wilayah.
F. MENENTUKAN INTERAKSI ANTARA 2 WILAYAH
Isilahkan klik untuk rumus-rumus dan contoh Kekuatan Interaksi dan lain-lain
RANGKUMAN POLA KERUANGAN DESA - KOTA
Reviewed by Julia Febrianti-Haris Fadhillah
on
November 13, 2018
Rating:
Tidak ada komentar: