Ku buat sebuah ungkapan sederhana tentang persahabatan ini,
"Kita memang tidak bertemu di surga, namun adakah engkau mau sahabat, pertemuan ini sampai di surga ?"
Imam Syafi'i berkata:
"Jika engkau punya teman yang selalu membantumu dalam rangka ketaatan kepada Allah- maka peganglah erat-erat dia, jangan pernah kau lepaskannya. Karena mencari teman-baik- itu susah, tetapi melepaskannya sangat mudah sekali"
Sahabatku tercinta, perdengarkanlah :
Diriwayatkan bahwa :
Apabila penghuni Syurga telah masuk ke dalam Surga, lalu mereka tidak menemukan Sahabat-sahabat
mereka yang selalu bersama mereka dahulu di dunia.
Mereka bertanya tentang Sahabat mereka kepada Allah:
"Yaa Rabb...
Kami tidak melihat Sahabat-sahabay kami yang sewaktu
di dunia shalat bersama kami, puasa bersama kami dan
berjuang bersama kami?
"Maka Allah berfirman:
"Pergilah ke neraka, lalu keluarkan Sahabat-sahabatmu yang di hatinya ada Iman walaupun hanya sebesar zarrah."
(HR. Ibnul Mubarak dalam kitab "Az-Zuhd")
Al-Hasan Al-Bashri berkata:
"Perbanyaklah Sahabat-sahabat mu'minmu, karena mereka memiliki Syafa'at pada hari kiamat"
Ibnul Jauzi pernah berpesan kepada sahabat-sahabatnya
sambil menangis:
"Jika kalian tidak menemukan aku nanti di Surga bersama kalian, maka tolonglah bertanya kepada Allah tentang aku:
"Wahai Rabb Kami...
Hamba-Mu fulan, sewaktu di dunia selalu mengingatkan kami tentang ENGKAU. Maka masukkanlah dia bersama kami di surga-Mu"
Sahabatku, mari kita ingat kisah persahabatan surga berikut ini, ku teringat tentang perjalanan hijrah yang Rasulullah lakukan, Rasulullah tiba di sebuah gua yang dikenal dengan nama Gua Tsur atau Tsaur. Saat sampai di mulut gua, Abu Bakar berkata, “Demi Allah, janganlah Anda masuk kedalam gua ini sampai aku yang memasukinya terlebih dahulu. Kalau ada sesuatu (yang jelek), maka akulah yang mendapatkannya bukan Anda”. Abu Bakar pun masuk kemudian membersihkan gua tersebut. Setelah itu, Abu Bakar tutup lubang-lubang di gua dengan kainnya karena ia khawatir jika ada hewan yang membahayakan Rasulullah keluar dari lubang-lubang tersebut; ular, kalajengking, dll. Hingga tersisalah dua lubang, yang nanti bisa ia tutupi dengan kedua kakinya.
Setelah itu, Abu Bakar mempersilahkan Rasulullah masuk ke dalam gua. Rasulullah pun masuk dan tidur di pangkuan Abu Bakar. Ketika Rasulullah telah tertidur, tiba-tiba seekor hewan menggigit kaki Abu Bakar. Ia pun menahan dirinya agar tidak bergerak karena tidak ingin gerakannya menyebabkan Rasulullah terbangun dari istirahatnya. Namun, Abu Bakar adalah manusia biasa. Rasa sakit akibat sengatan hewan itu membuat air matanya terjatuh dan menetes di wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Rasulullah pun terbangun, kemudian bertanya, “Apa yang menimpamu wahai Abu Bakar?” Abu Bakar menjawab, “Aku disengat sesuatu”. Kemudian Rasulullah mengobatinya.
Ingatlah sahabatku kisah selanjutnya, kisah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari berikut ini, Abu Bakar menceritakan hijrahnya bersama Nabi. Kami berjalan siang dan malam hingga tibalah kami di pertengahan siang. Jalan yang kami lalui sangat sepi, tidak ada seorang pun yang lewat. Kumelemparkan pandangan ke segala penjuru, apakah ada satu sisi yang dapat kami dijadikan tempat berteduh. Akhirnya, pandanganku terhenti pada sebuah batu besar yang memiliki bayangan. Kami putuskan untuk istirahat sejenak disana. Aku ratakan tanah sebagai tempat istirahat Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam, lalu kuhamparkan sehelai jubah kulit dan mempersilahkan beliau untuk tidur di atasnya. Istirahatlah wahai Rasulullah. Beliau pun beristirahat.
Setelah itu, aku melihat keadaan sekitar. Apakah ada seseorang yang bisa dimintai bantuan. Aku pun bertemu seorang penggembala kambing yang juga mencari tempat untuk berteduh. Aku bertanya kepadanya, “Wahai anak muda, engkau budaknya siapa?” Ia menyebutkan nama tuannya, salah seorang Quraisy yang kukenal. Aku bertanya lagi, “Apakah kambing-kambingmu memiliki susu?” “Iya.” Jawabnya. “Bisakah engkau perahkan untukku?” pintaku. Ia pun mengiyakannya.
Setelah diperah. Aku membawa susu tersebut kepada Nabi dan ternyata beliau masih tertidur. Aku tidak suka jika aku sampai membuatnya terbangun. Saat beliau terbangun aku berkata, “Minumlah wahai Rasulullah”. Beliau pun minum susu tersebut sampai aku merasa puas melihatnya.
Lihatlah! Rasa-rasanya kita tidak terbayang, seorang yang kaya, mau bersusah dan berpeluh, menjadi pelayan tak kenal lelah seperti Abu Bakar. Ia ridha dan puas apabila Rasulullah tercukupi, aman, dan tenang.
Sampai-sampai Beliau pun bersabda,
إِنَّ مِنْ أَمَنِّ النَّاسِ عَلَيَّ فيِ صُحْبَتِهِ وَمَالِهِ أَبُوْ بَكْرٍ لَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا خَلِيْلاً غَيْرَ رَبِّيْ لَاتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ وَلَكِن أُخُوَّةُ الْإِسْلاَمِ وَمَوَدَّتُهُ، لاَ يَبْقَيَنَّ فِي الْمَسْجِدِ بَابٌ إِلاَّ سُدَّ إِلاَّ بَابُ أَبِيْ بَكْرٍ
“Sesungguhnya orang yang paling besar jasanya padaku dalam persahabatan dan kerelaan mengeluarkan hartanya adalah Abu Bakar. Andai saja aku diperbolehkan mengangkat seseorang menjadi kekasihku selain Rabbku, pastilah aku akan memilih Abu Bakar, namun cukuplah persaudaraan seislam dan kecintaan karenanya. Maka tidak tersisa pintu masjid kecuali tertutup selain pintu Abu Bakar saja.” (HR. Bukhari).
Sahabatku, Alquran juga mengingatkan tentang pentingnya memilih sahabat. Kesalahan dalam memilih sahabat justru bisa menjebak kita ke neraka. Na’uzubillah. Seperti ayat berikut ini:
“Berkatalah salah seorang diantara mereka, Sesungguhnya aku dahulu (di dunia) pernah mempunyai seorang teman, yang berkata “Apakah sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang membenarkan (hari bangkit)?. Apabila kita telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang belulang, apakah kita benar-benar (akan dibangkitkan) untuk diberi pembalasan?. Dia berkata, Maukah kamu meninjau (temanku itu). Maka dia meninjaunya, lalu dia melihat (temannya) itu di tengah-tengah neraka yang menyala-nyala. Dia berkata, Demi Allah, engkau hampir saja mencelakanku, dan sekiranya bukan karena nikmat Tuhanku, pastilah aku termasuk orang-orang yang diseret ke neraka.” (QS. As-Saffat: 51-57)
Di ayat yang lain, Allah swt berfirman:
Wahai, celakalah aku, sekiranya (dulu) aku tidak menjadikan sifulan itu teman akrab (ku). Sungguh, dia telah menyesatkanku dari peringatan (Al-Qur’an) ketika (Al-Qur’an) itu telah datang kepadaku. Dan setan memang pengkhianat manusia. (Qs. Al-Furqan: 28-29)
Ayat-ayat ini mengisyaratkan pentingnya memilih sahabat agar selamat dan tidak tersesat, agar tidak terjemurus ke arah keburukan yang dimurkai Allah Swt. Lalu, siapakah sahabat yang baik dan bagaimana karakternya? Di dalam ayat yang lain Allah telah menyebutkan sahabat-sahabat yang baik. “ Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pecinta kebenenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shalih. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS. An-Nisa’: 69).
Yaa Rabb...
ْAku Memohon kepada-Mu.. Karuniakanlah kepadaku Sahabat-sahabat yang selalu mengajakku untuk Tunduk Patuh & Taat Kepada Syariat-Mu..
Kekalkanlah persahabatan kami hingga kami bertemu di Akhirat dengan-Mu...
ﺁﻣِﻴْﻦ ﻳَﺎ ﻣُﺠِﻴْﺐَ ﺍﻟﺴَّﺎﺋِﻠِﻴْﻦَ
Sahabatku, kutanyakan ini kembali kepadamu...
"Kita memang tidak bertemu di surga, namun adakah engkau mau sahabat, pertemuan ini sampai di surga ?"
Tidak ada komentar: