Tarbiyah Ruhiyah resume

TARBIYAH RUHIYAH MENUJU TAQWA

BAB I. PENDAHULUAN
Tarbiyah, sebagaimana ditulis oleh Abdul Halim Mahmud dalam perangkat-perangkat Tarbiyah, berarti adalah cara ideal berinteraksi dengan fitrah manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk memproses perubahan dalam diri manusia menuju kondisi yang lebih baik.
Secara bahasa, Tarbiyah adalah proses menjadikan objek tarbiyah (manusia) semakin sempurna potensinya. Pengertian ini mengajarkan kepada kita bahwa sesungguhnya kegiatan tarbiyah merupakan kegiatan yang sangat mulia, karena ia bertujuan membangun manusia pada seluruh segi kemanusiaannya, agar menjadi mahluk yang sempurna sesuai dengan derajatnya sebagai manusia.
Sesungguhnya manusia telah diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna. Semua orang di dunia setuju dengan pendapat tersebut. Islam pun telah menegaskannya melalui Al-Qur’anul Karim seperti termakhtub dalam Surah At-Tin “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya...” (Qs At-Tin(95):4).
Manusia memiliki tiga potensi didalam dirinya. Yaitu, potensi Jasad, Akal dan Ruh. Masing-masing potensi memiliki asupan yang harus diberikan. Dalam potensi Jasad, yang harus diberikan adalah asupan gizi seimbang yang halal dan thoyyib. Potensi Akal yang harus diberikana adalah asupan ilmu baik ilmu pengetahuan ataupun ilmu agama. Nah, untuk asupan potensi Ruh adalah ibadah-ibadah mahdhah dan dzikrullah.
Tarbiyah ruhiyah adalah dasar dari seluruh bentuk tarbiyah. Jika fisik sehat dan pengetahuan juga ada, namun jiwanya lemah dan malas maka seseorang tidak akan berbuat sesuatu. Jika fisik memadai dan seseorang mengerti urgensi suatu tindakan namun ia tidak menyukainya dan tidak memiliki motivasi untuk mengerjakannya maka ia juga tidak akan bergerak. Itulah ruhani atau jiwa dengan segenap komponen detailnya. Seperti perasaan, hati, nurani, kecenderungan, dan lain-lainnya. Oleh karena itu manusia yang berhasil membina jiwanya sesuai dengan tuntunan Allah SWT maka ia akan menjadi manusia yang dinamis dalam karya dan ketundukan kepada Allah SWT.
Agar ketiganya berfungsi degan baik, jasad, akal dan ruh, tentu harus dijaga, dibina, dan dilatih. Bila tidak, maka akan terjadi ketidakseimbangan hidup, disorientasi, bahkan kegagalan hidup akan mungkin dihadapi oleh seseorang yang tidak melakukan penjagaan, pembinaan, dan pelatihan terhadap ketiganya. Tarbiyah Ruhiyah membina sisi ruhaniyah manusia agar mampu menjalani hidup ini dengan mudah dan ringan. Ruhani memberikan kekuatan yang lebih untuk menjalani kehidupan dunia ini.
Tarbiyah ruhiyah mendorong untuk beramal saleh. Amal yang baik adalah amal yang memenuhi dua kriteria: niat yang ikhlas dan sejalan dengan tuntunan agama. Iman masih dalam tahap permulaan atau sudah bercokol lama namun tidak disentuh oleh pembinaan, tidak mengalami peningkatan kualitas.
Tarbiyah ruhiyah memperkokoh jiwa manusia dalam mensikapi berbagai peristiwa. Terkadang ujian itu membuat kita tertantang untuk mengatasinya, namun terkadang kita bersikap lebih baik menjauh untuk tidak menanggung resiko. Yang suka tantangan akan berpeluang mendapatkan keberhasilan meski esok atau lusa, sedangkan yang suka menyerah maka ia telah kalah semenjak hari ini. Tidak semua orang yang beriman memiliki ketegaran dan ketangguhan jiwa ketika menghadapi tantangan. Ia memerlukan proses pembinaannya tersendiri.
Tarbiyah ruhiyah adalah terapi paling efektif beragam penyakit ruhani. Penyakit itu dalam bentuk, misalnya, miskinnya kepekaan, lemahnya rasa tanggung jawab, atau terkikisnya rasa malu. Penyakit-penyakit ini bisa melahirkan penyakit baru, seperti kesombongan, egoisme, gila hormat, dll. Tarbiyah ruhiyah menanamkan tanggung jawab amanah di hadapan Allah lebih kuat daripada sekadar tanggung jawab di hadapan sesama manusia. Tarbiyah ruhiyah mengasah ketajaman batin, kepekaan hati, dan kedalaman iman. Hingga dengan tarbiyah ini seseorang dibangun keyakinannya, dikokohkan imannya, dan ditanamkan motivasinya.
Tarbiyah ruhiyah merupakan pendidikan persiapan dalam membentuk mental generasi muda. Mereka harus menguasai berbagai ragam pengetahuan agar dapat eksis di tengah gelombang kehidupan yang dikendalikan oleh ilmu dan sangat menghajatkan keterampilan. Ada tantangan finansial. Yakni bahwa mereka harus memiliki kemampuan mencari penghidupan, mengingat bahwa kehidupan yang berkualitas menghajatkan biaya yang tidak sedikit. Semua harus dipenuhi dengan uang. Tantangan budaya, tantangan pemikiran, tantangan persaingan, tantangan eksternal, dll. Tantangan pemuda yang lebih rumit, yakni tantangan internal yang bersifat kejiwaan atau spiritual, dalam bentuk kurangnya motivasi, kurangnya kedisiplinan dalam belajar, kurangnya keberanian menghadapi tantangan, kurangnya militansi, dll. Dengan tarbiyah ruhiyah, pemuda dibimbing jiwanya untuk memahami dan menghayati persoalan kehidupan secara jernih dan benar.
Tarbiyah ruhiyah merupakan bekal utama bagi para aktivis dakwah dalam menghadapi berbagai persoalan. Da’i yang sesungguhnya adalah ketika setiap kata, gerak, dan sikapnya mencerminkan kata, gerak, dan sikap islami hingga melalui itulah masyarakat belajar secara langsung.
Kekuatan ruhiyah memegang peranan penting dalam menyelamatkan seorang muslim dari jeratan dan tipu daya syetan. Kekuatan ruhiyah yg didasarkan pada kekuatan keimanan, keikhlasan, kesabaran, dan sikap optimis adalah bekal utama seorang muslim dalam menghadapi musibah, ujian, dan fitnah kehidupan. Maka, jangan biarkan ruhiyah kita mengalami penurunan. Jauhkanlah diri dari segala aktifitas yg dpt menyebabkan terjadinya penurunan kualitas ruhiyah, melemahnya iman, dan melunturnya ketaqwaan.
Ruhiyah dan akhlak adalah satu kesatuan yang tidak bisa dilepaskan. Sehingga sangat penting menjaga Ruhiyah diri untuk menampilkan dan memantapkan akhlak mulia pada diri setiap muslim. Sudah  menjadi keharusan seorang muslim memiliki akhlak yang mulia. Baik dan buruknya ruhiyah seorang muslim akan terlihat pada akhlaknya dalam menghadapi permasalahan yang ada. Menjadi sangat mungkin bila seseorang  yang sangat kurang tarbiyah Ruhiyahnya mengalami disorientasi seperti yang telah disebutkan di atas.

BAB II. AMALAN RUHIYAH
Dalam meningkatkan Ruhiyah, seseorang semestinya menambah amalan-amalan hariannya. Ada bebarapa kriteria yang menjadikan amalan harian menjadi lebih bermakna.
Ikhlas
Sesuai dengan hadist Rosuulullah Shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ” Sesungguhnya amal perbuatan tergantung kepada niatnya, dan bagi seseorang tergantung apa yang ia niatkan. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rosulnya [mencari keridhoannya] maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rosulnya [keridhoannya]. Dan barangsiapa yang hijrahnya untuk mendapatkan dunia atau untuk menikahi wanita maka hijrahnya itu tertuju kepada yang dihijrahkan.” [HR Bukhari dan Muslim]
Ikhlas adalah tidak menyebut-nyebut amal telah kita lakukan. Ikhlas menjadi sangat penting dalam amalan Ruhiyah, karena ikhlas akan menentramkan dan memantapkan Ruhiyah diri. Asupan ruh pun akan terasa semakin lezat ketika mengecap nikmatnya ikhlas.
Sesuai dengan tuntutan Agama
Agama Islam adalah agama yang sangat cantik. Baik dalam hubungan dengan Allah, manusia dan lingkungan. Agama Islam turun untuk memberikan tuntunan hidup bagi ummat manusia. Tuntunan inilah yang menjadi rambu-rambu dalam melaksanakan amalan harian. Sebuah amalan akan sia-sia jika sesuai dengan tuntunan yang telah dicontohkan Rasulullah dalam hadist-hadistnya.
Amalan-amalan yang harus dijalankan guna meningkatkan Ruhiyah kita adalah Ibadah. Baik ibadah Mahdhah maupun ‘ammah. Ibadah Mahdhah adalah ibadah yang bersifat sangat khusus, ditetapkan cara-caranya secara detail oleh Allah. Sedangkan ibadah ‘ammah adalah ibadah yang bersifat umum, yang cara-caranya tidak ditetapkan oleh syariat.
Begitu banyak cara untuk meningkatkan Ruhiyah kita. Berikut adalah ibadah-ibadah yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan Ruhiyah.
Untuk membentuk ruhiyah ma’nawiyah melalui beberapa aktivitas, yaitu:
Talqin mafahim : menyampaikan ma’any dan mafahim yang benar tentang hal-hal yang membentuk keimanan dan ketakwaan
Taammul ma’any : mengajak untuk merenungkan nilai-nilai dan segala hal yang ada di sekeliling kita untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan.
Ta’wid amaly : dengan membiasakan untuk melakukan ibadah-ibadah amaly.
Pendek kata, pembentukan ruhiyah ma’nawiyah dapat dilakukan dengan kegiatan-kegiatan ibadah seperti qiyamul lail, shaum sunnah, tilawah Qur’an, dzikir, dan lain-lain. Kita harus mampu menjadikan sarana-sarana tarbiyah ruhiyah semisal mabit, lailatul katibah, jalasah ruhiyah, dan sebagainya untuk membentuk ruhiyah ma’nawiyahnya. Jangan sampai kita terjebak dalam kebiasaan dan rutinitas.

Shalat.
Semua ibadah dalam Islam adalah amalan mulia. Namun, ibadah shalat menduduki posisi yang istimewa. Banyak ayat di Al-Qur’an mengatakan tentang ibadah shalat ini. Shalat menjadi istimewa karena Cara perintah shalat diwahyukan berbeda dengan ibadah yang lain. Melibatkan seluruh anggota badan. Pembatas antara keimanan dan kekufuran (barometer pokok ihwal keimanan seseorang). Ada sebuah gerakan yang dikatakan dalam keadaan sedekat-dekatnya hamba kepada Allah (sujud).
Secara Ruhiyah shalat mempunyai urgensi yang penting diantaranya:
Simbol ketaatan hamba kepada Tuhan secara mutlak
Mensucikan jiwa manusia muslim
Mengingatkan hamba kepada Allah Swt.
Mencegah manusia dari perbuatan keji dan munkar
Menstabilkan jiwa manusia yang beriman
Shalat adalah imaduddin atau tulang punggung dari tadayun (religiusitas) kita. Aplikasinya adalah kira-kira jumlah rakaat shalat wajib dan sunnah yang kita lakukan sehari berjumlah 42 rakaat: 17 rakaat shalat 5 waktu, 10 rakaat sunnah rawatib (2 sebelum zhuhur, 2 sesudah zhuhur, 2 sesudah isya dan 2 sebelum subuh), 4 rakaat dhuha, 11 rakaat qiyamul lail.
Yang faraidh (wajib) harus berusaha melaksanakannya berjamaah di masjid atau di kantor atau di perjalanan, agar kita mendapat penggandaan pahala dan keutamaannya. Lalu berusaha menjaga 10 rakaat yang rawatib tadi dan selalu kita menjadikannya sebagai standar.
Yang penting dari ibadah-ibadah ini adalah al-muwazhabah (kesinambungan). Jika kita belum kuat shalat qiyam dengan waktu dan bacaan yang lama, lakukanlah terus-menerus meski dengan surat-surat pendek. Nanti secara perlahan-lahan pasti akan menemukan kekuatan-kekuatan baru untuk melakukannya lebih lama. Kalau kita tidak bisa melakukan 11 rakaat, witirnya kita tambah dari 3 menjadi 5 rakaat, naik menjadi 7 dan seterusnya. Sekali lagi yang penting adalah kesinambungan. Insya Allah kalau kita melaksanakan tilawah dan shalat secara berkesinambungan seperti ini kita akan mempunyai tingkat stabilitas ruhiyah yang bagus.

Puasa
Bisa dikatakan puasa Ramadhan merupakan tarbiyah yang langsung menyentuh ruhani, tanpa menyentuh lainnya. Jika dalam zakat kita masih bisa bicara dimensi harta, dalam shalat masih berbicara dimensi gerak, juga dalam ibadah haji, maka dalam puasa hampir tidak ada dimensi lain yang terlibat selain dimensi ruhani itu sendiri.
Ibadah puasa juga memiliki urgensi yang sangat penting bagi Ruhiyah, diantaranya :
Mensucikan jiwa manusia
Mengangkat unsur ruhani di atas materi pada manusia
Mendidik kemauan untuk beramal dalam ketaatan
Melatih kesabaran dan memberontak kebiasaan
Menekan gejolak nafsu biologis
Menajamkan perasaan atas kenikmatan Allah Swt.
Mempersiapkan manusia menjadi orang bertaqwa
Sedekah
Sedekah adalah kata sederhana tetapi menjadi rumit saat hati kita dipenuhi oleh rasa bakhil dan cinta dunia. Sedekah adalah memberikan harta  yang ada pada kita sesuai dengan yang kita mampu. Namun, terkadang kita secara tidak langsung akan berpikir bahwa sedekah adalah sekedarnya. Membuat kita, walaupun terus bersedekah tidak menambah keabajikan pada diri kita.
Berikut adalah urgensi dari sedekah untuk Ruhiyah kita:
Membersihkan dan mensucikan jiwa dari penyakit bakhil dan cinta dunia
Menumbuhkan keberkahan pada harta
Mewujudkan sikap saling meridhai antara si kaya dan si miskin dalam masyarakat
Qiyamullail
Kesadaran ruhiyah amat penting untuk mengontrol gerakan-gerakan jasad, dan itu akan didapatkan lewat shalat malam. Perkataan akan menjadi berbobot (qaulan tsaqila), mudah dipahami oleh mad’u (orang yang didakwahi), dan stabilitas moral serta emosional akan terjaga.
Kutamaan Qiyamullail :
Shalat paling utama setelah shalat fardhu
Sarana ruhani paling utama untuk dakwah Rasul dan para sahabat
Mempertajam kepekaan hati
Salah satu karakter pokok orang-orang beriman dan bertaqwa
Padanya terdapat saat yang mustajab bagi doa
Beberapa kiat agar semangat menunaikannya:
Seyogyanya tidak terlalu banyak makan
Seyogyanya tidak terlalu lelah di siang hari
Agar melakukan tidur qailulah/pertengahan hari di siang hari
Hendaknya tidak banyak maksiat di siang hari
Dzikrullah
Urgensi dzikir:
Menundukkan setan dan meghidupkan hati
Mewariskan muraqabatullah
Menjadikan Allah mengingat ahli dzikir dan tidak melupakannya
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri” (Al-Hasyr:19) Apabila seseorang lupa kepada dirinya sendiri, maka ia akan berpaling dari hal-hal yang mendatangkan kemaslahatan pada dirinya.
Membersihkan hati dari noda
Sarana untuk menurunkan rahmat dari Allah Swt
Menyibukkan lisan dari berbicara buruk
Salah satu tanaman surga
Alat untuk memperoleh nikmat dari Allah
Menjadikan hati yang keras berubah lunak
Allah dan malaikat berselawat kepada ahli dzikir
Allah membanggakan ahli dzikir di hadapan para malaikat
Bisa menggantikan posisi amal saleh lain, tidak sebaliknya
Menjauhkan ahli dzikir dari kemunafikan
Mendapatkan kelezatan yang tiada bandingannya
Memperbanyak para saksi di akhirat
Memperoleh keberuntungan di dunia dan akhirat
Salah satu kegiatan orang–orang kaum intelektual
Menurut ustadz Anis Matta, Dzikir mutlak berupa istighfar seratus kali atau seribu kali, la ilaha illallah seratus atau seribu kali. Dzikir mutlak ini harus diperbanyak untuk mengimbangi wirid-wirid yang kita baca dalam sehari.
Sebenarnya dzikir adalah tools untuk menjaga ingatan kita kepada tujuan akhir. Kalau wazhifah kubra (al-ma’tsurat) adalah ijtihad Imam Syahid Hasan Al-Banna mengumpulkan doa-doa yang bertebaran dari sekian banyak hadits dikumpulkan jadi satu dan dianjurkan untuk dibaca pagi dan petang.
Do’a
Urgensi do’a diataranya adalah :
Simbol ketundukan dan kerendahdirian di hadapan Tuhan
Ungkapan bahwa orang yang berdoa dekat dengan Allah Swt.
Sarana untuk memenuhi hajat manusia dan terkabulkannya permohonan
Ia adalah inti sari ibadah
Untuk memperoleh ridha Allah dan jauh dari murka-Nya
Beberapa etika berdoa:
Sungguh-sungguh dan yakin bahwa doa dikabulkan
Mengulang-ulang dalam berdoa
Jangan tergesa-gesa ingin dikabulkan
Memilih waktu yang manjur dikabulkannya doa
Memilih momentum yang baik untuk berdoa
Merendahkan suara dan menunjukkan bahwa kita membutuhkan Allah Swt.
Memulai doa dengan memuji Allah dan menyebut asmaul husna
Tidak makan kecuali makanan halal dan baik
Menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangan
Menunjukkan optimisme di hadapan Allah
Taubat dan mengembalikan hak kepada pemiliknya
Sholawat atas Nabi
Beberapa manfaat Sholawat atas nabi ini untuk diri kita :
Jibril mengucapkan selawat kepada orang yang membaca selawat
Allah mengucapkan selawat kepada orang yang membaca selawat
Syafaat akan didapat pada hari kiamat oleh orang yang membaca selawat
Membaca selawat akan mengangkat derajat seseorang
Selawat atas Nabi akan menambah cinta kepada beliau
Tilawah Al-Qur’an
Ada dua bentuk tilawah:
التِّلاَوَةُ التَّعَبُّدِيَّةُ وَ التِّلاَوَةُ التَّأَمُّلِيَّةُ
Tilawah ta’abbudiyah (tilawah ritual ibadah) dan tilawah ta-ammuliyah (tilawah perenungan).
Yang kedua, memperbanyak waktu untuk tilawah ta-ammuliyah dengan melakukan pendekatan berbasis tematik, kita mulai membaca Quran dengan pendekatan ta-ammul (perenungan mendalam), dan mencoba melakukan istilham (mencari ilham/inspirasi) dari Al-Quran ini. Kita mencoba berimajinasi seperti dahulu Muhammad Iqbal dan Hasan Al-Banna melakukannya. Waktu beliau membaca Al-Quran, orang tuanya bertanya, “Apa yang kamu baca?” Saya sedang membaca Al-Quran. Lalu orang tuanya mengatakan, “Bacalah Al-Quran itu seolah-olah ia diturunkan kepadamu.” Karena Al-Quran ini diturunkan pada fase yang lama, tidak sekaligus, oleh karena itu unsur momentum menjadi penting dalam memahaminya. Dan momentum-momentum itu diciptakan oleh Allah berulang dalam kehidupan manusia sehingga kemungkinan kita melakukan qiyas (analogi) kepada momentum-momentum itu sangat banyak walaupun tidak persis sama kejadiannya, tetapi kita tetap bisa mendapatkan ilham dari situ, karena Al-Quran dating dengan kaidah-kaidah umum dan tidak tergantung kepada kekhususan sebab peristiwa turunnya. Kaidahnya adalah:
الْعِبْرَةُ بِعُمُوْمِ اللَّفْظِ لاَ بِخُصُوْصِ السَّبَبِ
Ibrah dari ayat itu adalah dengan keumuman lafazhnya (teksnya) dan bukan dengan kekhususan sebab turunnya.
Konteks turunnya penting untuk memberikan ilham dalam menemukan kesamaan, tetapi ibrahnya tetap berlaku umum. Surat-surat Al-Quran itu memiliki kedekatan-kedekatan antara satu dengan lainnya. Seperti surat Al-Anfal, At-Taubah, Muhammad dan Al-Fath adalah surat-surat jihad dari sisi tema suratnya.
Contoh lain adalah ketika kita memperhatkan kata al-makr (makar) di dalam Al-Quran, maka ayat-ayatnya menjelaskan bagaimana konstruksi konseptual dari makar itu dalam tinjauan Al-Quran. Salah satu yang menarik bahwa semua makar yang disebutkan dalam Al-Quran selalu dihubungkan dengan sifat Allah yang terkait dengan al-qudrah (Kemahakuasaan Allah) dan selalu diletakkan dalam konteks al-qadha wal qadar, supaya kita membaca tentang makar manusia sehebat apapun, tetapi kendali alam semesta ini tetaplah dalam kekuasaan Allah:
وَلا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَبَقُوا إِنَّهُمْ لا يُعْجِزُونَ
“Dan janganlah orang-orang yang kafir itu mengira, bahwa mereka akan dapat lolos (dari kekuasaan Allah). Sesungguhnya mereka tidak dapat melemahkan (Allah).”
Begitu juga ayat-ayat yang terkait dengan fakta-fakta alam raya, seperti angin yang dijelaskan sebagai salah satu tentara Allah, oleh karena itu sains tidak pernah punya ilmu pasti tentang arah angin, tetapi selalu perkiraan, karena Allahlah yang yusharrifuhu (mengarahkannya) sekehendak-Nya. Bahwa setiap benda ada malaikat yang mengurusnya, waktu kita naik pesawat melalui turbulence, ada malaikat yang khusus mengatur akan dibawa ke mana angin itu.
Pembacaan dan perenungan seperti ini akan meningkatkan penghayatan kita dan dengan sendirinya akan memberikan kepada kita pencerahan ruhiyah, terutama saat kita menghadapi begitu banyak syubuhat (hal-hal yang kabur), atau berhadapan dengan keadaan kritis. Efek dari penghayatan itu akan muncul di saat-saat seperti itu. Dialah yang memberikan kita kepastian, dialah yang juga memberikan kita keteguhan.
















BAB. III TARBIYAH RUHIYAH MENUJU TAQWA

Mu’ahadah (QS 1:5, 7:172, 16:91)
Mu’ahadah adalah mengingat perjanjian-perjanjian yang telah kita buat kepada Allah. Hendaknya setiap kita menyendiri dan mengingat perjanjian-perjanjian yang telah kita buat kepada Allah. Dengan mu’ahadah kita akan tetap istiqamah dalam melaksanakan syariat Allah.
Perjanjian kita dengan Allah adalah ketika kita di alam sulbi (alam ruh). Sebagaimana firman Allah SWT : “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)"  (QS Al-A'raf : 172)
Hendaklah seorang mukmin ber-khalwat (berdua-duan) antara dia dan Allah untuk memuhasabah siri seraya mengatakan pada dirinya : "Wahai jiwaku, sesungguhnya engkau telah berjanji kepada Rabbmu setiap hari disaat engkau membaca Al Fatihah di dalam sembahyang. Engkau telah berikrar untuk komitmen di atas jalan yang lurus. Engkau telah berikrar untuk menjauhi jalan orang orang yang sesat."

Muraqabah (QS Asy-Syuara :218-219)
Muraqabah adalah merasakan keagungan Allah di setiap waktu dan keadaan, serta merasakan kebersamaannya (ma’iyatullah) dalam sepi maupun ramai. Dengan muraqabah kita akan ikhlas, karena setiap fi’il adalah untuk-Nya. Dengan muraqabah kita akan istiqamah. Tak terpengaruh oleh situasi dan kondisi.
Ada beberapa jenis muroqobah :
a)      Muroqobah dalam melaksanakan ketaatan adalah dengan ikhlas kepadaNya.
b)      Muroqobah dalam kemaksiatan adalah dengan taubat,penyesalan dan meninggalkannya.
c)   Muroqobah dalam hal hal mubah adalah dengan menjaga adab adab terhadap Allah dan bersyukur.
d)    Muroqobah dalam musibah adalah dengan redha kepada ketentuan Allah dan memohon pertolongan dengan sabar.


Muhasabah (QS Al Hasyr : 18)
Makna muhasabah adalah hendaknya seorang muslim menghisab dirinya setelah melakukan sebuah amal. Apakah amal itu benar-benar semata untuk meraih ridha Allah ataukah tercampur dengan kepentingan pribadi, riya, ujub atau malah telah mengurangi hak-hak orang lain? Apakah amal yang kita lakukan sudah maksimal? Atau dilaksanakan sekedarnya? Di samping itu muhasabah juga melakukan perhitungan diri antara amaliyah dan dosa. Apakan amaliyah yang kita lakukan sudah cukup menutup dosa? Lalu bagaimana dengan pertobatan? Dengan muhasabah kita akan terbebas dari penyakit hati.
Sebelum memulai suatu pekerjaan dan disaat mengerjakannya hendaklah seorang mukmin memeriksa dirinya..Apakah setiap gerak dalam melaksanakan amal dan ketaatannya dimaksudkan untuk kepentingan pribadi, mencari popularitas atau kerana dorongan ridha Allah dan menghendaki pahala-Nya. Jika benar benar karena ridha Allah, maka ia akan melaksanakannya walaupun hawa nafsunya tidak bersetuju dan ingin meninggalkannya.
Makna musabah sebagaimana diisyaratkan oleh ayat surah Al Hasyr ayat 18 ialah hendaklah seorang mukmin menghisab dirinya ketika selesai melakukan amal perbuatan; adakah tujuan amalnya untuk mendapat ridha Allah? atau apakah amalnya itu diiringi riya ? Apakah dia sudah memenuhi hak hak Allah dan hak hak manusia?
Ketahuilah, seorang mu'min setiap pagi hendaklah mewajibkan diri untuk memperbaiki niat, melaksanakan taat, memenuhi segala kewajiban dan membebaskan diri dari riya. Demikian pula di waktu petang atau malam, semestinya ia punya waktu untuk bersendirian, menghitungkan semua yang telah dilakukannya….Bila ia kebaikan, hendaklah bersyukur, jika ternyata ada dosa dan maksiat, hendaklah mohon ampun dan bertaubat.
Kata Umar ibul-Khattab "Hisablah diri kamu sebelum kamu dihisabkan, timbanglah diri kamu, sebelum kamu ditimbangkan dan bersiaplah untuk pertunjukan yang agung (hari kiamat). Di hari itu kamu dihadapkan kepada pemeriksaan, tiada yang tersembunyi dari amal kamu barang satu pun."

Muaqabah (QS 2:179)
Muaqabah adalah pemberian sanksi. Sudah sepatutnya bagi kita jika kita telah melalaikan Allah, kita beri sanksi diri kita sebagaimana orangtua memberi sanksi kepada anaknya yang bersalah. Semoga dengan melakukan muaqabah kita menjadi jera berbuat dosa.
Sanksi / denda yang dimaksudkan sebagai mana diisyaratkan dalam Surat Al Abaqarah ayat 179 adalah apabila seorang mu'min melakukan kesalahan maka dia tidak membiarkannya. Sebab membiarkan diri dalam kesalahan akan mempermudahkan jalan untuk kesalahan yang lain dan semakin payah untuk meninggalkan kesalahan.
Sanksi ini harus dengan sesuatu yang mubah, tidak boleh dengan jaminan yang haram seperti membakar salah satu anggota badan, meninggalkan makan dan minum sampai membahayakan dirinya.
Generasi salaf yang soleh telah memberikan teladan tentang ketaqwaan, muhasabah, menjatuhkan sanksi pada dirinya jika bersalah dan bertekad untuk lebih taat jika dirinya lalai. Antara contohnya ialah :
Dalam sebuah riwayat,disebutkan Umar Al Khattab r.a. pergi ke kebunnya.Ketika  pulang di dapati orang sudah selesai melakukan solat asar berjemaah.Maka beliau berkata " Aku pergi hanya untuk sebuah kebun, aku pulang orang sudah sholat Ashar, kini kebunku aku jadikan sedekah untuk orang orang miskin."

Mujahadah (QS Al Ankabut [29]:69)
Mujahadah adalah bersungguh-sungguh dalam melaksanaan ibadah. Di sana ada makna memaksakan diri untuk berbuat yang terbaik, menyerahkan yang terbaik dan mengoptimalkan diri dalam beramaliyah. Ibadah adalah tarbiyah. Dengan mengerahkan kapasitas maksimal, itu artinya kita membangkitkan potensi yang terpendam dalam diri kita. Maka integritas kita akan semakin meningkat.
Dasar mujahadah adalah dalam firman Allah surah Al Ankabut ayat 69 yang bermaksud "Dan orang orang yang berjihad untuk mencari keredhaan Kami, benar benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar benar beserta orang yang berbuat baik.”
Maksud mujahadah di sini ialah apabila seseorang mu'min terseret dalam kemalasan, kerehatan, cinta dunia dan tidak lagi melaksanakan amal amal sunnah serta ketaatan yang lain tepat pada waktunya maka ia harus memaksa dirinya melakukan amal amal sunnah lebih banyak dari sebelumnya.Dalam hal ini harus tegas, serius dan penuh ketaatan sehingga pada akhirnya ketaatan merupakan kebiasaan yang mulia bagi dirinya dan menjadi sikap yang tertanam pada dirinya.
Dalam hal ini, cukuplah Rasulullah SAW menjadi qudwah yang patut dicontohi.yang mana baginda bershlat, sampai bengkak kakinya. Banyak hadith hadith nabi .s.a.w. yang menggalakan untuk mujahadah, sebagai sumber motivasi diri.
Bagi orang yang ingin bersungguh sungguh dalam ibadah dan membawa dirinya untuk bermujahadah, haruslah memerhatikan dua perkara penting dalam amalnya.
Hendaklah amal amal sunnah tidak membuatkan dia lupa kewajiban-kewajiban yang lain. Contohnya, dia mengerjakan suatu amal sunnah (sunat) tertentu sementara dia mengabaikan hak keluarga berupa nafkah atau mengabaikan hak dirinya.
Tidak memaksa diri dengan amal amal sunat yang diluar kemampuannya. Sebagai mana sabda Nabi SAW dalam sebuah hadith sahih riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim : "Hendaklah kalian beramal sesuai dengan kemampuan kalian. Demi Allah, Allah tidak akan jemu sehinggalah kalian merasa jemu".
Contoh mujahadah yang berlebihan adalah sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits berikut ini :
“Sekelompok orang berkumpul membicarakan sesuatu. Lelaki pertama berkata, saya akan shalat malam dan tidak tidur. Yang lain berkata, saya akan puasa dan tidak berbuka. Yang ketiga berkata, saya tidak akan menikah dengan wanita. Perkataan mereka ini sampai kepada Rasulullah SAW. Maka baginda berkata, kenapa ada orang-orang yang begini dan begitu?! Aku shalat malam tapi juga tidur, aku puasa tapi juga berbuka, dan aku menikahi wanita. Barangsiapa yang membenci sunnahku maka dia bukan daripada kalanganku.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Faktor-faktor yang Menumbuh Suburkan Ruhiyah
Faktor-faktor yang menumbuh suburkan ruhiyah dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu kelompok yang berkaitan dengan kepekaan jiwa dan kelompok amaliyah lahiriyah. Yang termasuk kelompok yang berkaitan dengan kepekaan jiwa adalah :
Selalu merasakan muraqabah kepada Allah Mengingat kematian dan kehidupan sesudahnya, cukuplah dengan perkataan Hamid al-Qushairy bahwa: ”Kita semua yakin dengan akan datangnya maut, namun kita tidak mempersiapkan diri. Kita semua yakin akan surga, namun kita tidak beramal untuknya. Dan kita semua yakin akan adanya neraka namun kita tidak merasa takut kepadanya. Lalu atas dasar apa kita bersuka ria?”
Membayangkan hari Akhirat dan hal-hal yang berkaitan dengannya
Faktor-faktor Amaliyah Lahiriyah
Amaliyah yang menumbuh suburkan ruhiyah sebenarnya banyak sekali, tetapi ada beberapa yang terpenting. Diantaranya
Tilawah Al-Qur’an dengan mentadabburinya.
Hidup bersama dengan Rasulullah dan mencontoh sirahnya yang Agung.
Selalu menyertai orang-orang pilihan yang mereka yang berhati bersih dan mengenal Allah.
Dzikir kepada Allah dalam setiap waktu dan kesempatan,
Menangis kepada Allah dalam waktu khalwat.
Bersungguh-sungguh membekali diri dengan Ibadah nafilah
Pengaruh Tarbiyah Ruhiyah dalam Pembinaan Pribadi dan Ummat
Apabila kita telah memancarkan rohani, berhubungan erat dengan Allah dan ketakwaan, maka tersingkaplah makna dan hakikat. Terbukalah rahasia-rahasia yang hanya dapat di tangkap oleh orang yang jenius dan takwa. Apabila jalan rohani telah kita daki. Dan derajat takwa telah kita raih. Cinta kasih-Nya telah meliput diri. Maka Cahaya Iman akan memancar dalam setiap desah nafas. Cahaya itu akan menyapa sekeliling bagai mentari. Jika cahaya itu menyirami hati yang kerontang, maka suburlah hati itu. Jika cahaya itu menyinari kegelapan batin, tentu teranglah ia. Maka jalan da’wah akan terasa mudah, perjuangan akan terasa ringan, dan pengorbanan menjadi suatu kejamakan.
Sebagai kesimpulannya dari ke lima lima cara yang telah dinyatakan :
Dengan mu’ahadah kita dapat beristiqomah di atas syariat Allah.
Dengan muroqobah,kita dapat merasa keagungan Allah dimana saja kita berada, walau dalam suasana apa pun.
Dengan muhasabah,kita boleh terbebas dari kebusukan hawa nafsu yang selalu memberontak dan mampu memenuhi hak hak Allah dan hak hak sesama manusia.
Dengan mua'qobah kita mampu memisahkan diri kita dari penyimpangan.
Deangan mujahadah, kita dapat memperbaiki aktivitas diri kita dan sekaligus menumpaskan kemalasan dan kelalaian.

Sumber :
http://shabrasyatila.blogspot.com/2010/04/ahammiyatut-tarbiyah-ruhiyah.html
http://sukanitha.blogspot.com/2012/10/urgensi-tarbiyah-ruhiyah.html
http://www.dakwatuna.com/2013/02/19/28051/faktor-penguat-ruhiyah/#axzz3282RetLh
http://oasetarbiyah.blogspot.com/2008/05/pengertian-tarbiyah.html
http://novayuandini-gemilang.blogspot.com/2011/01/tarbiyah-ruhiyah-sarana-mencapai_08.html
http://hamasahdakwah.blogspot.com/2013/12/tarbiyah-ruhiyah.html
http://generasinanrabbani.blogspot.com/2013/06/resume-buku-keakhwatan-4-tarbiyah.html

Tarbiyah Ruhiyah resume Tarbiyah Ruhiyah resume Reviewed by Julia Febrianti-Haris Fadhillah on Agustus 02, 2016 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Recent Posts

Diberdayakan oleh Blogger.