Mati, kita bisa mati kapanpun
Bahkan kita bisa mati sebelum mengucap ampun
Mati, kita bisa mati di mana saja
Bahkan kita bisa mati sebelum kematian yang sesungguhnya
Jika memang mati adalah diam sebab tak mengerti
Maka banyak orang hidup yang sudah benar-benar mati
Karena memilih memiliki keterbatasan daripada terus menemukan keniscayaan
Seandainya air mata kita dapat bercerita
Maka setiap bulirnya akan menguak beribu pilu dalam dada
Tanda bahwa hidup menghidupkan rasanya
Menghidupkan hidup adalah jalan kita melintas
Menghidupkan hamparan alas do'a saat orang lain tertidur pulas
Menghidupkan senja dengan dzikir dan tetesan air mata
Saat orang lain tak mengerti betapa berharga pemberian Tuhannya
Betapa banyak yang harus diperjuangkannya
Bukan untuk keegoisan diri, namun tangan yang menjulur pada tempat-tempat penyuci hati
Menghidupkan hidup adalah jalan yang kita dilalui
Menghidupkan mata yang haus untuk mencerna ilmu duniawi
Menghidupkan telinga untuk mendengar jeritan mereka yang tak teradili
Saat orang lain tak mengerti betapa nikmatnya hidupnya kini
Jika mati adalah tak lagi berpikir
Maka, banyak orang mati sebelum kematiannya
Pikirannya tak tertuju untuk memikirkan nasib seorang ibu yang ada di pojok toko, berselimut malam kedinginan-kelaparan-dengan tangan yang menggenggam jemari anaknya
Jika mati adalah tak bergerak
Maka, banyak orang mati sebelum kematiannya
Tangannya tak tergerak untuk menggenggam anak-anak yang butuh untuk menyambung nyawa malam ini
Tubuhnya tak tergerak untuk melakukan yang terbaik untuk generasi selanjutnya
Menghidupkan hidup
Harapku pada diriku
Karena tak pantas bagi pejaman mataku untuk mengharap nikmatnya surga
Jika hidupku tak hidup untuk mereka
Indonesia tercinta
Tidak ada komentar: